 |
HALAWATUL IMAN |
Imam al-Ghazali
di dalam Bidayatul Hidayah merumuskan empat aktiviti yang mesti dilakukan oleh
orang yang di hatinya tersimpan iman yang mendalam;Pertama menuntut ilmu, kedua
beribadat, ketiga menolong untuk kemaslahatan kaum muslimin dan terakhir bekerja
mencari nafkah untuk keluarga.
KEPENTINGAN
MENUNTUT ILMU
1. Menuntut ilmu itu satu kewajipan sebagaimana
sabda Rasulullah SAW “Menuntut
ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah, Baihaqi, dll)
Hadits Shahih ini menjelaskan kepada kita tentang kewajipan menuntut ilmu bagi setiap muslim
yang telah baligh. Ilmu yang dimaksudkan
disini ialah ilmu din iaitu ilmu agama seperti ilmu aqidah, ibadah, pengetahuan tentang
halal dan haram, akhlak dan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja urusan yang
berkaitan dengan kehidupan kita di dunia ini. Ilmu inilah yang diminta oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam do’anya.:
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung
kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat”. (Diriwayatkan oleh Ibnu
Majah No. 3843)
2. Menuntut ilmu itu adalah satu ibadah
kerana melalui ilmu mampu membawa
kita untuk mengenal
pasti siapa diri kita dan siapa
Tuhan kita , sehingga mampu menjadi
manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia.sebagaimana sabda rasulullah s.a.w “Barang siapa keluar dalam usaha thalabul
ilmu iaitu mencari ilmu, maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.”
(HR. Tirmizi)
3. Melalui ilmu semua yang kita impikan akan tercapai namun
ilmun itu perlulah ilmu yang bermanfaat serta
berlandaskan syariat Allah SWT.
Ini adalah berdasarkan sabda baginda mafhumnya jika sesiapa yang inginkan dunia
dan akhirat maka ia perlulah mencari
ilmu.
4. Orang yang menuntut ilmu akan mendapat
pahala sebagaimana sabda Rasululllah
saw. "Orang yang menuntut ilmu itu
sama seperti menuntut rahmat iaitu
menjalankan rukun Islam dan pahala yang diberikan kepadanya sama
sebagaimana dengan pahala para nabi." (H.R. Ad-Dailami dari Anas r.a).
5. Menuntut ilmu itu memudahkan kita
untuk masuk syurga . Sabda rasulullah
s.A.w "Barangsiapa yang melalui suatu jalan untuk mencari ilmu
pengetahuan, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga. Hadis
riwayat muslim. Imam Al Bukhari dalam Kitab Shahihnya no. 6412 meriwayatkan
bahwa rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang menempuh
jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memasukkan orang tersebut pada salah satu
jalan menuju syurga. Sesungguhnya malaikat mengatupkan sayapanya karena ridha
kepada seluruh penuntut ilmu. Penghuni langit dan bumi, sampai ikan sekalipun yang
ada di dalam air memohonkan ampun untuk seorang alim. Keutamaan seorang alim
dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama
dibandingkan cahaya bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, namun
mereka tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu.
Barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut sungguh ia telah mendapatkan bahagian
yang banyak dari warisan tersebut”.
6. Ilmu
Dapat mengidupkan hati. Di dalam Al Muwaththo karya Imam Malik
disebutkan bahwa Lukman berkata kepada anaknya:”Wahai anakku duduklah kamu
bersama para ulama dan dekatilah mereka dengan kedua lututmu (bergaul dengan
mereka). Maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala menghidupkan
hati-hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan (menyuburkan)
bumi dengan hujan yang deras (Kitab Al llmu Fadluhu wa Syarfuhu hal 228)
KEPENTINGAN BERIBADAH
1.
Ibadah di
dalam Islam sangat luas iaitu meliputi setiap aktiviti kehidupan manusia,
dengan erti kata lain ,Setiap apa yang kita lakukan semuanya adalah ibadah
sekiranya cukup syarat dan Syarat-syarat dalam
beribadah ialah:
1.
Amalan yang dilakukan hendaklah diakui Islam dan bersesuaian
dengan hukum syarak. Iaitu perkara amar
makruf nahi mungkar dan bukannya amalan maksiat dan khurafat.
2. Amalan hendaklah dikerjakan dengan niat yang baik
tujuannya adalah untuk memelihara
kehormatan diri, menyenangkan keluarga disamping masyarakat sekitarnya dan ini
semua mampu menyumbang manfaat kepada ummat disamping dapat mamakmurkan bumi Allah.
2.
Lakukannya dengan penuh keikhlasan hati dan niatkan hanya
kerana Allah taala sebagaimana mafhum dari hadith yang berbunyi “Bahawa Allah suka apabila seseorang dari
kamu membuat sesuatu kerja dengan memperelokkan kerjanya.”
3.
Kerja yang dilakukan
perlulah berlandaskan hukum-hukum
syariat serta tidak melampaui batasnya seperti tidak menzalimi orang, tidak khianat, tidak
menipu dan tidak menindas mahupun merampas hak orang lain.
4. Seimbang
dalam mengerjakan ibadah iaitu menjaga ibadah yang wajib iaitu tidak lalai dari ibadah yang wajib disamping
merpertingkatkan ibadah yang sunat.
Ibadah jika dilaksanakan dengan ikhlas semata2 kerana Allah serta diiringi
sifat mulia seperti: sabar,ikhlas,istiqamah,dan penuh kejujuran dengan
ketulusan niat semata-mata hanya kerana Allah mempunyai manfaat yang begitu besar yang menjamin kebahagiaan hidup.
GOLONGAN YANG DIKATAKAN SEBAGAI MEMPERMUDAHKAN URUSAN KAUM
MUSLIMIN
سبعةٌ يظلهم الله في ظله ، يوم لا ظل إلا ظله : إمام
عادل ، وشاب نشأ في عبادة الله ، ورجل قلبه معلق بالمساجد ، ورجلان تحابا في الله
اجتمعا على ذلك وتفرقا عليه ، ورجل دعته امرأة ذات منصب وجمال ؛ فقال : إني أخاف
الله ، ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه ، ورجل ذكر الله
خاليًا ففاضت عيناه
“Tujuh golongan yang Allah naungi dengan
naungannya di hari yang tidak ada naungan melainkan naungan-Nya, (yaitu)
- imam yang adil,
- pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah,
- seseorang yang hatinya terkait dengan masjid,
- dua orang yang saling mencintai karena Allah dan berpisah karena
Allah,
- laki-laki yang diajak oleh wanita yang baik keturunannya lagi
cantik kemudian laki-laki itu berkata sesungguhnya saya takut Allah,
- laki-laki yang bersedekah, dia menyembunyikannya sampai-sampai
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya,
- dan laki-laki yang berdzikir kepada Allah di saat sendiri lalu
meneteskan air mata.”
.
Nabi -sallallahu ‘alaihi wa sallam- menyebutkan
tujuh golongan tersebut, beliau memulainya dengan imam yang adil, karena imam
yang adil merupakan kemaslahatan yang bersifat umum dan bermanfaat bagi kaum
muslimin. Pemimpin yang adil dapat menegakkan syariat Allah di tengah-tengah
mereka, menghukumi mereka dengan adil, memberantas kezholiman dari orang-orang
yang berbuat zalim di antara mereka, dan menolong mereka dalam ketaatan kepada
Allah -azza wa jalla-. Oleh karenanya pemimpin yang adil menjadi yang pertama
dari tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah dengan naungan-Nya di hari tidak
ada naungan melainkan naungan-Nya.
Kemudian baginda menyebutkan setelah itu pemuda
yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, ini yang kedua, sebab pemuda jika tumbuh
di dalam ibadah kepada Allah maka Allah akan membuatnya bermanfaat bagi ummat,
dia akan mengajari umat, mendakwahi ke jalan Allah dalam masa mudanya, masa
dewasa serta masa tuanya nanti. Maka jadilah manfaat yang besar dan faedah yang
banyak, sebab dia hidup di dalam ketaatan kepada Allah dan beribadah
kepada-Nya, dan sebab dia belajar dalam keadaan yang kuat dan rajin, maka
bertambahlah ilmu, pentunjuk, dan taufik seiring dengan bertambahnya usianya.
Dengan demikian manfaat dan pengaruhnya lebih besar bagi umat.
Demikian juga diantara para pemuda bisa menjadi
teladan, para pemuda dapat saling memberi pengaruh, sebagian mereka mengikuti
sebagian yang lain, maka jika ada pemuda yang sangat rajin di dalam ketaatan
kepada Allah maka akan berpengaruh kepada lainnya, dan semakin banyaklah
hamba-hamba Allah yang istiqomah, tersebarlah ilmu diantara mereka, dan
berpengaruh kepada selain mereka, semakin bertambah banyak lah kebaikan dan
berkuranglah kejahatan, tegaklah perintah Allah, hilanglah kebatilan, lahirlah
keutamaan-keutamaaan, dan hilanglah keburukan.
Diantara sabda nabi -sallallahu ‘alaihi wa sallam-,
يا معشر الشباب ! من استطاع منكم الباءة فليتزوج ،
فإنه أغض للبصر ، وأحصن للفرج ، ومن لم يستطع فعليه بالصوم ، فإنه له وجاء ) .
فأمر الشباب بالزواج ، حتى يحصنوا فروجهم ويغضوا أبصارهم ، وحتى يكونوا قدوة
لغيرهم في الخير ، ولهذا قال : ( فإنه أغض للبصر ، وأحصن للفرج
“Wahai para pemuda, jika kalian telah memiliki kemampuan (ba-ah) maka
menikahlah karena itu akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga
kemaluan, barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah ia shaum, karena itu
sebagai perisai baginya.”
Baginda memerintahkan pemuda untuk menikah agar
mereka menjaga kemaluan dan menundukkan pandangan sehingga mereka bisa menjadi
teladan bagi orang lain di dalam kebaikan. Oleh karenanya baginda bersabda, “karena
(nikah) itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan”. Jelas
dari hadis ini menerangkan kepada kita bahawa para pemuda semestinya bersegera untuk
melakukan perkara-perkara yang menolongnya untuk menta’ati Allah, agar orang
lain dapat mengambil teladan darinya, dan agar dia dapat terus beramal di atas
ketaatan kepada Allah.Diantara yang dapat menolong para pemuda (dalam ketaatan)
adalah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, memperhatikan Al Qur’anul Karim,
agar pemuda tersebut mengenal hukum-hukum Allah, dan agar dia berjalan di atas
bashiroh (ilmu) dari Allah dalam keadaan masa mudanya dan masa tuanya nanti.ini
adalah kerana dibimbangi jika sudah berusia atau sudah masuk ke alam veteran ,
kesibukan mulai banyak dan pemahaman melemah. Berbeza jika dibandingkan dengan
masa muda keadaannya lebih kuat untuk memahami nas , lebih mudah untuk
menghafal, lebih condong dan lebih kuat untuk mengamalkannya. Oleh karena itu,
sudah semestinya para pemuda menjaga waktu mereka dan membentengi masa muda
mereka agar tidak terjerumus kepada perkara-perkara yang Allah haramkan, sampai
tidak ada rasa malas dan lemah terhadap perkara-perkara yang diwajibkan oleh
Allah..(dirujuk dari sumber: nasihat seorang ulama’Syeikh Abdul Aziz bin Baz
Rahimahullah)(terjemahan dari : http://www.sahab.net)
BEKERJA MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA
suami
wajib memberikan nafkah kepada isteri dan tanggungannya semenjak mula
berlakunya akad nikah, sekalipun isterinya itu seorang yang kaya raya. Hak
isteri tersebut untuk mendapatkan nafkah tidak akan berubah dan kewajipan itu
tetap ke atas suami. Sudah menjadi kewajipan bagi seorang suami memberi nafkah
untuk ahli keluarganya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan segala
keperluan isteri yang tidak bercanggah dengan syarak.
Firman ALLAH S.W.T:
"Kaum lelaki itu adalah pemimpin yang bertanggungjawab terhadap kaum
perempuan kerana ALLAH telah melebihkan orang-orang lelaki (dengan beberapa
keistimewaan) berbanding kaum wanita dan juga kerana orang-orang lelaki telah
membelanjakan (memberi nafkah) sebahagian dari harta mereka." – Surah
al-Nisa’: 34.
Kadar pemberian nafkah ini adalah mengikut kemampuan seorang suami dan suami
tidak sepatutnya membebankan dirinya melebihi dari kemampuannya yang sebenar.
Firman ALLAH S.W.T:
"Orang yang mampu memberi nafkah hendaklah menurut kemampuannya; dan
sesiapa yang di sempitkan rezekinya, maka dia hendaklah memberi nafkah dari apa
yang diberikan ALLAH kepadanya (sekadar yang mampu). ALLAH tidak memberati
seseorang melainkan (sekadar kemampuan) yang diberikan ALLAH kepadanya.
(Orang-orang yang dalam kesempitan hendaklah ingat bahawa) ALLAH akan
memberikan kesenangan sesudah berlakunya kesusahan." – Surah al-Talaq: 7.
Seorang sahabat bernama Hakim bin Mu’awiyyah bin Hidah al-Qusyairi r.a pernah
mendengar ayahnya berkata bahawa dia pernah bertanya kepada Rasulullah:
“Wahai Rasulullah! Apakah hak isteri kami ke atas suami? Rasulullah bersabda:
Memberinya makan apabila kamu makan, memberinya pakaian apabila kamu
berpakaian.” - Hadis riwayat Abu Daud di dalam Sunan Abu Daud, hadis no: 1830.
Memberi
nafkah kepada isteri serta keluarga mempunyai keutamaan yang besar di sisi
ALLAH.
Sabda Nabi s.a.w:
"Dinar (wang) yang engkau infakkan (belanjakan) di jalan ALLAH, dinar yang
engkau infakkan untuk membebaskan hamba abdi, dinar yang engkau sedekahkan
kepada orang miskin, dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, pahala yang
paling besar adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu." - Hadis
riwayat Muslim di dalam Sahih Muslim, hadis no: 995.
Sabda Nabi s.a.w:
"Tiada pekerjaan yang lebih baik daripada seorang lelaki yang bekerja
dengan tangannya sendiri dan tiada infak yang lebih baik daripada seseorang
memberikan nafkah untuk diri dan keluarganya, anaknya, pembantunya dan semua
itu dihitung sebagai sedekah baginya." - Hadis riwayat Ibn Majah di dalam
Sunan Ibn Majah, hadis no: 2129.
Barangsiapa
bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang
mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)